Pengafanan mayat yesus |
Peneliti dari Vatikan kembali menghidupkan debat berkepanjangan tentang kain kafan dari Turin (Shroud of Turin).
Mereka mengatakan bahwa ada berkas tulisan samar pada permukaan linen kafan itu yang membuktikan bahwa kain itulah yang dipakai membungkus jenasah Yesus. Namun peneliti lain meragukannya, mereka menganggap para sejarawan terlalu membesar-besarkan berkas tulisan itu, dan mereka kukuh pada pembuktian penanggalan-karbon yang mengindikasikan bahwa kafan itu hanyalah pemalsuan dari abad pertengahan.
Barbara Frale, peneliti dari Penyimpanan Arsip Vatikan, mengatakan dalam buku barunya bahwa ia menggunakan perjelasan-citra-komputer dari kafan itu untuk membaca tulisan samar berbahasa Yunani, Latin, dan Aram yang tersebar di permukaannya.
Ia memastikan bahwa diantara berkas itu ada tulisan "(J)esu(s) Nazarene" - atau Yesus dari Nazaret - dalam bahasa Yunani. Menurutnya tulisan itu tak mungkin berasal dari abad pertengahan, karena tak ada umat Nasrani di jaman itu yang berani menyebutkan Yesus tanpa mengacu pada keilahian-Nya karena ia bisa dicap bidat.
"Bahkan seorang pemalsu relikui pun akan menuliskan gelar keilahian pada kafan itu," kata Frale, Jumat (20/11). "Namun kalau yang ditemukan kata 'Kristus' atau 'Anak Allah" maka kami justru bisa beranggapan itu adalah palsu, atau tulisan itu adalah tambahan sebagai tanda penghormatan."
Kafan Turin tersohor karena memampang citra dari pria yang telah tersalib, lengkap dengan resapan darah dari tangan dan kaki. Mereka yang percaya, meyakini bahwa itu citra dari Kristus yang terabadikan pada serat-serat linen saat ia bangkit dari mati.
Artefak rapuh milik Vatikan ini disimpan dalam ruang berpelindung di Katedral Turin dan jarang dipertunjukkan. Kain sepanjang 4 meter dan lebar 1 meter ini telah menderita kerusakan berat dari abad ke abad, bahkan pernah tersulut api.
Gereja Katolik sendiri tidak pernah mengklaim keaslian dari kafan tersebut, meski menyatakan bahwa itu merupakan lambang yang kuat akan penderitaan Kristus.
Terlepas dari percaya atau tidak, kafan ini menjadi perdebatan sengit dalam komunitas ilmuwan. Kelompok skeptis mengatakan bahwa penanggalan radiokarbon yang dilakukan pada kafan itu tahun 1988 menyatakan bahwa kain itu dibuat pada abad ke-13 atau ke-14.
Tapi Raymond Rogers dari Laboratorium Nasional Los Alamos, 2005, mengatakan bahwa serat yang dulu diuji diambil dari tambalan yang digunakan untuk memperbaiki kafan itu setelah terbakar. Rogers, yang meninggal tak lama setelah mempublikasikan temuannya, memperhitungkan bahwa usia kafan itu 1.300 hingga 3.000 tahun, dan sangat mungkin berasal dari jaman Yesus.
Suatu penelitian lain, dari Universitas Ibrani (Hebrew University), menyimpulkan bahwa pola sebuk sari dan tumbuhan pada kafan itu berasal dari daerah sekitar Yerusalem dari suatu masa sebelum abad kedelapan.
Sementara berkas huruf-huruf yang tersebar pada permukaan kafan itu telah ditemukan sejak puluhan tahun lalu, tapi para peneliti mengesampingkan hal ini karena adanya hasil tes penanggalan radiokarbon itu, jelas Frale.
Meski begitu, ketika Frale mengambil potongan kata-kata dari foto kafan yang telah diperjelas dan menunjukkannya pada para ahli, mereka setuju bahwa gaya penulisannya cocok dengan yang lazim dipakai di Timur Tengah pada abad pertama - yaitu jaman Yesus.
Frale juga percaya bahwa juru tulis jaman dulu menuliskan kalimat yang ditempel pada kafan di atas daerah wajah sehingga jenazah bisa dikenali oleh keluarga dan kemudian dimakamkan dengan layak. Kandungan logam pada tinta yang digunakan jaman itu memungkinkan tulisan itu meresap pada kain linen, kata Frale.
Ia mengatakan bahwa setidaknya ada 11 kata yang ia temukan dari citra-citra yang diproduksi oleh para ilmuwan Perancis pada penelitian tahun 1994. Kata-kata itu terputus-putus dan tersebar di sekitar daerah kepala dari citra itu, simpang-siur pada kain secara vertikal dan horizontal.
Suatu deretan pendek dari huruf-huruf Aram belum diterjemahkan sepenuhnya. Namun bagian lain tertulis dalam Bahasa Yunani - "iber" - kemungkinan merujuk pada Kaisar Tiberius, yang berkuasa pada waktu Yesus disalibkan, kata Frale. Ia mengatakan bahwa tulisan itu sebagian mengkonfirmasi kisah Injil tentang saat-saat terakhir Yesus.
Potongan lain dalam bahasa Yunani bisa diartikan "diturunkan (dari salib) pada jam kesembilan." Ini bisa saja merujuk pada waktu kematian Yesus yang dilaporkan juga dalam teks suci keagamaan, katanya.
Shroud of turin |
Dalam bukunya "The Shroud of Jesus Nazarene" ('Kafan Yesus dari Nazaret'), yang diterbitkan berbahasa Itali, Frale merekonstruksi penghurufan pada kafan yang ia percayai sebagai isi dari sertifikat kematian Yesus, yaitu: "Yesus dari Nazaret. Terbukti (bersalah memicu pemberontakan rakyat). Dihukum mati pada tahun ke-16 dari masa Tiberius. Diturunkan pada jam kesembilan."
Ia berkata bahwa tulisan itu mengatakan bahwa jenazah akan dikembalikan pada keluarga setelah setahun.
Frale juga mengaku bahwa risetnya dilakukan tanpa dukungan Vatikan. "Saya berusaha objektif dan mengesampingkan isu-isu keagamaan," katanya. "Apa yang saya pelajari merupakan dokumen kuno yang memastikan hukuman mati seorang pria, pada suatu waktu dan tempat tertentu."
Terlepas dari semua itu fakta sejarah menuliskan bahwa yesus meninggal dan di bungkus kain lenan atau kafan dan di kuburkan tanpa menggunakan setelan jas dan peti mati seperti yang sudah lazim di lakukan oleh umat kristen sampai hari ini, entah mengapa umat kristen tidak melestarikan budaya penguburan mayat menurut hukum adat yahudi.
"Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih," (Matius 27:59)
"Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat." (Yohanes 19:40)